Latest Post
02.49
Jurnal Iqtishoduna
Written By gafur putra on Jumat, 24 Agustus 2018 | 02.49
Label:
Jurnal Lokal/Nasional
03.00
Buku Pengantar Bisnis Bagi Pemula
Written By gafur putra on Selasa, 09 Januari 2018 | 03.00
Buku Pengantar Bisnis Bagi Pemula.
adalah buku yang pernah saya buat diperuntukkan bagi pemula, orang umum dan klalayak yang menginginkan bisnis. Buku ini adalah langka dasar teori dalam memulai bisnis. Silahkan anda bisa dan dapat membaca secara gratis. Adapun linknya ada disini.
adalah buku yang pernah saya buat diperuntukkan bagi pemula, orang umum dan klalayak yang menginginkan bisnis. Buku ini adalah langka dasar teori dalam memulai bisnis. Silahkan anda bisa dan dapat membaca secara gratis. Adapun linknya ada disini.
Label:
Buku
00.47
APAKAH KESOMBONGAN ITU?
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya”. [Silsilah Shahihah, no. 1802]
“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat”. [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]
2- Merendahkan Orang Lain.
Ketahuilah wahai hamba (Allah), bahwa orang yang tidak meremehkan manusia, tidak akan takabbur terhadap mereka. Sedangkan meremehkan seseorang yang dimuliakan Allah dengan keimanan sudah cukup untuk menjadikan sebuah dosa.
Kesombongan
Written By gafur putra on Kamis, 12 Oktober 2017 | 00.47
APAKAH KESOMBONGAN ITU?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, arti
Kesombongan, berasal dari kata sombong (bahasa Inggris : pride, bahasa Latin :
superbia),
merupakan suatu perasaan atau emosi dalam hati yang dapat mengacu pada dua makna umum. Dalam konotasi
negatif biasanya mengacu pada perasaan meningkatnya status atau prestasi
seseorang, seringkali disebut "keangkuhan". Sementara dalam konotasi
positif mengacu pada satu perasaan puas diri seseorang terhadap tindakan atau pilihannya
sendiri, atau terhadap pihak lain, atau juga terhadap suatu kelompok sosial; dapat dikatakan sebagai satu produk turunan dari pujian, refleksi diri,
atau rasa memiliki yang terpenuhi. Para filsuf
dan psikolog
sosial telah mengamati bahwa kesombongan adalah suatu emosi sekunder yang
kompleks, yang memerlukan pengembangan dari satu perasaan pribadi dan penguasaan
perbedaan konseptual yang relevan (misalnya membedakan kesombongan dari kebahagiaan dan sukacita) melalui interaksi
secara lisan
dengan orang lain. Beberapa psikolog sosial juga mengidentifikasinya terkait
dengan suatu sinyal dari status sosial yang tinggi
Kesombongan
(takabbur) atau dikenal dalam bahasa syariat dengan sebutan al-kibr yaitu
melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang
dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina,
rendah dan lain sebagainya.(dikutip oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam
hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
Inilah
yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri
sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang.
Sedangkan takabbur, disamping membanggakan diri juga meremehkan orang.
SEBAB-SEBAB KESOMBONGAN
Sebab-sebab kesombongan, antara lain:
Sebab-sebab kesombongan, antara lain:
1- ‘Ujub (Membanggakan Diri)
Ketahuilah wahai hamba yang bertawadhu’ –semoga Allah lebih meninggikan derajat bagimu-, bahwa manusia tidak akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub ini muncul kesombongan. Dan ‘ujub merupakan perkara yang membinasakan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Ketahuilah wahai hamba yang bertawadhu’ –semoga Allah lebih meninggikan derajat bagimu-, bahwa manusia tidak akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub ini muncul kesombongan. Dan ‘ujub merupakan perkara yang membinasakan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya”. [Silsilah Shahihah, no. 1802]
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat”. [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]
2- Merendahkan Orang Lain.
Ketahuilah wahai hamba (Allah), bahwa orang yang tidak meremehkan manusia, tidak akan takabbur terhadap mereka. Sedangkan meremehkan seseorang yang dimuliakan Allah dengan keimanan sudah cukup untuk menjadikan sebuah dosa.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik dari mereka (yang
merendahkan)…” (QS. Al-Hujurat: 11) Yakni, jangan merendahkan orang atau kaum
tertentu. Meremehkan dan memandang hina orang lain termasuk kesombongan.
Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sebutir
debu dari kesombongan.”
(HR. Muslim).
Kesombongan,
walau hanya sebesar butir debu, akan menghalangi orang untuk masuk ke dalam
surga. Rasulullah SAW bersabda, “Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain.”
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika Anda meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan Anda akan hilang dan Anda akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika Anda meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan Anda akan hilang dan Anda akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
3- Suka Menonjolkan Diri (Taraffu).
Ketahuilah wahai hamba yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa jiwa manusia itu menyukai ketinggian di atas sesamanya, dan dari sini muncul kesombongan.
Ketahuilah wahai hamba yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa jiwa manusia itu menyukai ketinggian di atas sesamanya, dan dari sini muncul kesombongan.
Oleh
karena itu, barangsiapa memperhatikan Al-Qur’an niscaya akan mendapati bahwa
orang-orang yang bersombong pada tiap-tiap kaum adalah para pemukanya, yaitu
orang-orang yang memegang kendali berbagai urusan. Allah Ta’ala berfirman
tentang suku Tsamud, kaum Nabi Shalih Alaihissalam yang artinya: “Pemuka-pemuka
yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang
dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: “Tahukah kamu bahwa Shalih
di utus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?”. Mereka (yang dianggap lemah-red)
menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk
menyampaikannya”.
Orang-orang
yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak
percaya kepada apa yang kamu imani itu”.
Kemudian mereka
sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan.
dan mereka berkata: “Hai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada
kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”.
[al-A’râf/7:75-77]
Dan Allah
Ta’ala memberitakan tentang kaum Nabi Syu’aib Alaihissalam :
“Pemuka-pemuka
dari kaum Syu’aib yang menyombongkan dan berkata: “Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota
kami, atau kamu kembali kepada agama kami”. Syu’aib berkata: “Dan apakah (kamu
akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” [Al-A’raaf/7: 88]
Namun orang
yang berakal akan berlomba pada ketinggian yang tetap lagi kekal, yang di
dalamnya terdapat keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kedekatan kepadaNya.
Dan dia meninggalkan ketinggian sementara yang akan binasa, yang akan diikuti
oleh kemurkaan Allah dan kemarahanNya, kerendahan hamba, kesibukannya, jauhnya
dari Allah dan terusirnya (dari rahmat) Allah. Inilah ketinggian yang tercela,
yaitu sikap melewati batas dan takabbur di muka bumi dengan tanpa kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat
itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan
diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. [Al-Qashash/28: 83]
Adapun
ketinggian yang pertama (yakni ketinggian yang tetap lagi kekal di akhirat) dan
bersemanagat untuk meraihnya, maka itu terpuji. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan untuk yang
demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”.[Al-Muthaffifin/83: 26]
Maka
disyari’atkan berlomba-lomba untuk (meraih) derajat-derajat tinggi di akhirat
yang kekal, dan berusaha meraih ketinggian pada tingkatan-tingkatannya, serta
bersemangat untuk itu dengan berusaha melakukan sebab-sebabnya. Dan hendaklah
seseorang tidak merasa puas dengan kerendahan, padahal dia mampu meraih
ketinggian.
4- Mengikuti Hawa Nafsu.
Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa kesombongan itu muncul dari sebab mengikuti hawa nafsu, karena memang hawa nafsu itu mengajak menuju ketinggian dan kemuliaan di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” [Al-Baqarah/2: 87]
Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa kesombongan itu muncul dari sebab mengikuti hawa nafsu, karena memang hawa nafsu itu mengajak menuju ketinggian dan kemuliaan di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” [Al-Baqarah/2: 87]
BAHAYA KESOMBONGAN
Ketahuilah wahai hamba Allah yang hatinya dihiasi dengan tawadhu’ (rendah hati) bahwa bencana kesombongan itu sangat besar, orang-orang istimewa binasa di dalamnya, dan jarang orang yang bebas darinya, baik para ulama’, ahli ibadah, atau ahli zuhud. Bagaimana bencana kesombongan itu tidak besar, sedangkan kesombongan itu:
Ketahuilah wahai hamba Allah yang hatinya dihiasi dengan tawadhu’ (rendah hati) bahwa bencana kesombongan itu sangat besar, orang-orang istimewa binasa di dalamnya, dan jarang orang yang bebas darinya, baik para ulama’, ahli ibadah, atau ahli zuhud. Bagaimana bencana kesombongan itu tidak besar, sedangkan kesombongan itu:
1- Dosa Pertama
Yang Dengannya Allah Azza Wa Jalla Dimaksiati.
Kesombongan adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis laknatullah dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa jalla. Kesombongan itu menyeret Iblis untuk menjadikan takdir sebagai alasan terus-menerus sombong. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Kesombongan adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis laknatullah dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa jalla. Kesombongan itu menyeret Iblis untuk menjadikan takdir sebagai alasan terus-menerus sombong. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!,” Maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir”. [Al-Baqarah/2: 34]
2- Kesombongan
Merupakan Kawan Syirik Dan Penyebabnya.
Oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla menggabungkan antara kekafiran dengan kesombongan di dalam kitabNya yang mulia, Dia Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla menggabungkan antara kekafiran dengan kesombongan di dalam kitabNya yang mulia, Dia Azza wa Jalla berfirman:
“Lalu seluruh
malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri
dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir”. [Shaad/38: 73-74]
Allah Azza wa
Jalla juga berfirman:
” (Bukan
demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu
mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang
yang kafir”. [Az-Zumar/39: 59]
Karena
barangsiapa takabbur dari patuh kepada al-haq (kebenaran) –walaupun kebenaran
itu datang kepadanya lewat tangan seorang anak kecil atau orang yang dia benci
dan musuhi- , maka sesungguhnya takabburnya itu adalah kepada Allah, karena
Allah adalah Al-Haq, perkataanNya adalah haq, agamaNya adalah haq, al-haq
merupakan sifatNya, dan al-haq adalah dariNya dan untukNya. Maka jika seorang
hamba menolak al-haq, takabbur dari menerimanya, maka sesungguhnya dia menolak
Allah dan takabbur terhadapNya. Dan barangsiapa takabbur terhadap Allah,
niscaya Allah akan menghinakannya, merendahkannya, mengecilkannya, dan
meremehkannya.
3- Orang-Orang
Yang Sombong Tempat Kembalinya Adalah Neraka.
Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana di dalam surat Al-Ghafir ayat 76 dan surat Az-Zumar ayat 72. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana di dalam surat Al-Ghafir ayat 76 dan surat Az-Zumar ayat 72. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Masukilah
pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam
Itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
[Az-Zumar/39: 72]
Dan orang-orang
yang sombong adalah para penduduk neraka Jahannam, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ
“Sesungguhnya
penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya
sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan
harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk sorga adalah orang-orang yang
lemah dan terkalahkan”. [Hadits Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim, 2/499]
Mereka akan
merasakan berbagai macam siksaan di dalam Jahannam, akan diliputi kehinaan dari
berbagai tempat, dan akan diminumi nanah penduduk neraka. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
“Pada hari
kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut
kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai
sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya
Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi
nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan)”. [Hadits
Hasan. Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492;
Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151]
4- Kesombongan
Merupakan Tirai Penghalang Masuk Surga.
Oleh karena itu Allah mengusir Iblis dari surga, Dia Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itu Allah mengusir Iblis dari surga, Dia Azza wa Jalla berfirman:
“Turunlah kamu
dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya!”.
[Al-A’râf/7: 13]
Kesombongan itu
menjadi tirai penghalang masuk surga karena menghalangi seorang hamba dari
akhlaq orang-orang beriman. Orang sombong tidak menyukai untuk kaum mukminin
kebaikan yang dia sukai untuk dirinya. Dia tidak mampu bersikap rendah hati dan
meninggalkan hasad, dendam, dan marah. Dia juga tidak mampu manahan murka, dia
tidak menerima nasehat, dan tidak selamat dari sifat merendahkan dan menggibah
manusia. Tidak ada sifat yang tercela kecuali dia memilikinya.
5- Allah Tidak
Mencintai Orang-Orang Yang Sombong.
Barangsiapa yang memiliki sifat-sifatnya seperti ini, maka dia berhak mendapatkan laknat Allah, jauh dari rahmatNya, Allah memurkainya dan tidak mencintainya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Barangsiapa yang memiliki sifat-sifatnya seperti ini, maka dia berhak mendapatkan laknat Allah, jauh dari rahmatNya, Allah memurkainya dan tidak mencintainya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Maka
orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari
(keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong”. [An-Nahl/16: 22-23]
6- Kesombongan
Merupakan Sebab Su-ul Khatimah (Keburukan Akhir Kehidupan).
Oleh karena itu Allah memberitakan bahwa orang yang sombong dan sewenang-wenang adalah orang-orang yang Allah menutup hati mereka, sehingga mereka tidak beriman. Sehingga akhir kehidupannya buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itu Allah memberitakan bahwa orang yang sombong dan sewenang-wenang adalah orang-orang yang Allah menutup hati mereka, sehingga mereka tidak beriman. Sehingga akhir kehidupannya buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Demikianlah
Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang”.
[Al-Mukmin/40: 35]
7- Kesombongan
Merupakan Sebab Berpaling Dari Ayat-Ayat Allah.
Yang demikian itu karena orang yang sombong tidak bisa melihat ayat-ayat Allah yang menjelaskan dan berbicara dengan dalil-dalil yang pasti. Juga karena kesombongan itu menutupi kedua matanya, sehingga dia tidak melihat kecuali dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Yang demikian itu karena orang yang sombong tidak bisa melihat ayat-ayat Allah yang menjelaskan dan berbicara dengan dalil-dalil yang pasti. Juga karena kesombongan itu menutupi kedua matanya, sehingga dia tidak melihat kecuali dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Aku akan
memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi”. [Al-A’raaf/7:
146]
8- Kesombongan Merupakan
Dosa Terbesar.
Kesombongan memiliki berbagai bahaya seperti ini; maka tidak heran jika ia merupakan dosa terbesar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Kesombongan memiliki berbagai bahaya seperti ini; maka tidak heran jika ia merupakan dosa terbesar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Jika kamu
tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih
besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum terhadap diri sendiri)” [Hadist Hasan
Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658,
karya syaikh Al-Albani]
[Diadaptasi dan
disadur oleh Ustadz Muslim Atsari secara bebas dari tulisan Syaikh Salim bin
‘Ied Al-Hilali At-Tawaadhu’ fii Dhauil Qur’anil Kariim was Sunnah
ash-Shahiihah, hlm. 35-44; Penerbit. Daar Ibnul Qayyim; Cet. 1; Th. 1410 H /
1990 M]
[Disalin dari
majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016] serta dikutip lagi.
23.26
Manajemen Waktu
Written By gafur putra on Senin, 02 Oktober 2017 | 23.26
MANAJEMEN WAKTU
Pengertian Time
Management
Time management adalah tentang
perencanaan hari/waktu supaya bisa melakukan penggunaan paling baik atas waktu
yang dimiliki. Konsep atau istilah mengenai time management berawal dari revolusi
industri, yaitu ketika mulai ada perhatian tentang pengelolaan waktu secara
efektif dan efisien untuk bisa mengontrol waktu yang dimiliki seseorang. Sejak
Drucker (1966) mempopulerkannya, konsep time management ini telah secara luas
diterima sebagai hal yang menyumbang pada efektivitas karyawan (Adebisi, 2013).
Time management adalah tindakan atau
proses perencanaan dan pelaksanaan pantauan sadar atas sejumlah waktu yang
digunakan untuk aktivitas khusus, terutama untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi,
dan produktivitas (Singh & Jain, 2013). Atau seperti dikatakan Humes (dalam
Adebisi, 2013), time management secara singkat dapat diartikan sebagai suatu
seni mengatur, mengorganisasi, menjadwalkan, serta menganggarkan waktu
seseorang untuk menghasilkan kerja lebih efektif dan produktif. Waktu adalah
sumber daya berharga, tidak dapat diganti dan tidak dapat diubah. Maka dari itu,
sangat perlu untuk menggunakan waku dengan bijaksana. Time management mencakup
tindakan menata, menjadwal, mengorganisasi, dan mengalokasikan setiap waktu
seseorang yang digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas hariannya.
König (2007) mendefinisikan management sebagai
proses organisasi, yang meliputi
perencanaan
strategis, penataan, penetapan tujuan, pengelolaan sumber daya, pengembangan
manusia dan aset keuangan yang dibutuhkan untuk meraih tujuan dan mengukur
hasilnya. Sedangkan time management merupakan seni menata urusan bisnis dan
pribadi seefektif dan seefisien mungkin, membuat semuanya terlaksana dengan
baik, secepat mungkin, dan dengan penggunaan sumber daya (waktu, energi, uang
dan manusia) sesedikit mungkin. Tujuan utama di balik semua usaha itu adalah untuk
menghemat waktu lama yang diperlukan untuk pelaksanaan tugas atau pekerjaan.
Dengan kata lain, itu adalah suatu seni menata, mengorganisasi, menjadwal, dan
menganggarkan waktu yang tersedia untuk tujuan menghasilkan kerja lebih efektif
dan produktif.
Menurut Kusashi (dalam Adebisi, 2013),
menunda pengambilan suatu keputusan atau bersikap reaktif terhadap suatu problem
dapat mengakibatkan biaya mahal yang harus ditanggung oleh bisnis. Maka diperlukan sekali untuk memastikan bahwa
pimpinan tidak melakukan kesalahan, dengan menunda pemanfaatan waktu yang
sangat berharga bagi perusahaan. Time management yang baik akan sangat membantu
perusahaan lebih produktif, lebih kreatif, menghemat banyak uang, dan menghindari
bekerja pada saat-saat yang sudah kritis, dan secara meyakinkan dapat
meningkatkan kesempatan meraih keberhasilan dalam bisnis.
Pentingnya Penerapan Time Management
Masalah time management merupakan hal
umum bagi banyak orang. Banyak orang mengakui dan merasakan tentang perlunya,
tetapi dalam kenyataannya mereka tidak memerhatikan dan menerapkannya. Tentang
mengapa time management menjadi masalah bagi manusia, baru sekarang ini
mendapat perhatian para peneliti. Khususnya, para ekonom dan dan psikolog telah
mengembangkan argumen teoretis tentang mengapa time management berat bagi
banyak orang. Salah satunya karena kurangnya keterampilan dan keberanian dalam
mengembangkan dan menerapkan time management dalam kehidupan (Fischer, 2001).
Fischer (2001) juga mencatat temuan dari teori behavioral decision bahwa orang
sering mengabaikan hasil besar di masa depan yang bisa didapatkan ketika menerapkan
time management yang bagus. Artinya, pengembangan dan penerapan time management
itu hasilnya tidak selalu kelihatan pada tahap awal penerapannya, namun
setelahnya, dengan penerapan yang konsisten, hasilnya bisa sangat mengagumkan.
Jika hasil di masa depan tidak dipikirkan dalam time management yang dibuat
kini, orang bisa jadi akan menggunakan waktu mereka untuk hasil-hasil yang
sesegera mungkin bisa didapatkan, yang biasanya lebih kecil dari hasil-hasil lainnya,
yang didapatkan kemudian dalam waktu yang jauh ke depan. Dengan kata lain,
orang lebih
suka
hal-hal yang mendesak tetapi tidak penting ketimbang hal-hal penting tetapi
tidak mendesak.
Time management yang bagus sangat
penting untuk mengatasi tekanan-tekanan dari dunia modern ini tanpa mengalami
terlalu banyak stres. Time management yang bagus tidak berarti melakukan banyak
pekerjaan, melainkan berfokus pada tugas setepatnya dan membuat perbedaan. Apakah
di dalam pekerjaan atau di kehidupan secara keseluruhan, seorang harus belajar
bagaimana mengelola waktu secara baik, yang akan membantu merasa lebih relaks,
fokus, dan terkontrol. Menurut Donaldson (dalam Adebisi, 2013) "The aim of
good time management is to achieve the lifestyle balance you want." Waktu
yang bagus dalam pekerjaan berarti melakukan pekerjaan berkualitas tinggi,
bukan terutama tinggi dalam hal kuantitas. Claessens, et al (2007) menemukan bahwa
menggunakan teknik time management akan berhubungan langsung dengan kinerja dan
kepuasan, serta dapat mengurangi kegalauan dan kecemasan.
Hal Penting yang Diperhatikan dalam
Perancangan Time Management
Untuk mengelola waktu secara efektif,
masing-masing harus memiliki gambaran yang jelas mengenai prinsip-prinsip serta
nilai utama kehidupannya. Seorang butuh menginvestasikan sumber daya berharga
dari waktu untuk hal yang sangat penting. Scott (dalam Adebisi, 2013)
memperjelas bahwa satu tantangan mendasar time management yang efektif adalah
memahami perbedaan antara “urgent” dan “important”, “mendesak” dan “penting”.
“Mendesak” sendiri tidak membuat tugas itu penting. Hal “penting” itu terkait
dengan prinsip pribadi. Prioritas bisnis yang menentukan hal penting dari
kerja. Dengan kejelasan misi dan tujuan pribadi, waktu dijadwalkan dengan
tujuan definitif dalam hati.
Seorang juga perlu merumuskan apa yang
dimaksud dengan time management baginya dan bagaimana itu berkaitan dengan
pengelolaan hidupnya. Dalam melakukan hal ini, ada 3 hal penting dari kehidupan
yang perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan pengelolaan waktu dengan baik, yakni:
pekerjaan, kehidupan keluarga (termasuk teman-teman) dan diri sendiri
(Atkinson, 2009). Seorang perlu memikirkan dengan baik hal penting yang ingin
dicapai dengan nyata: tentang tujuan yang ingin dicapai di tempat kerja,
tentang tujuan yang ingin dicapai dengan keluarga, dan tentang tujuan yang
berkaitan murni dengan diri sendiri.
Misalnya dalam suatu proyek, penerapan time
management sangat diperlukan untuk mendukung terjadinya efisiensi bagi
pengontrolan kemajuan yang dicapai, untuk menjadwal, dan
menjalankan
apa yang telah disepakati oleh beberapa pihak yang terlibat. Time management
merupakan
salah satu area utama perhatian pimpinan proyek beserta timnya. Dengan adanya time
management berarti akan tersedia aturan dalam menjalankan dan memantau kemajuan
suatu proyek dan pengambilan keputusan-keputusan penting terkait dengannya.
Para profesional dari suatu proyek sekarang telah menyadari akan pentingnya hal
ini.
Dalam suatu proyek, pimpinan proyek dan
timnya berjuang keras untuk memenuhi dengan baik jadwal yang sudah dibuat untuk
menyelesaikan tugas dengan kualitas yang baik. Sinkronisasi antara berbagai hal
dan kepentingan dari beberapa pihak yang terlibat dalam suatu proyek merupakan
hal
sangat penting untuk diperhatikan. Yang dikatakan terlibat di sini tentu saja
bukan hanya manusia, tetapi juga berbagai sumber daya lainnya, seperti
bahan/materi yang diperlukan, dana, tempat, transportasi, perangkat komputer,
perizinan, dan sarana lainnya serta waktu itu sendiri. Dalam tahap operasional,
menjadwal pekerjaan, membuat kategorisasi jenis pekerjaan yang harus
diselesaikan dalam waktu tertentu, menetapkan kualitas hasil yang diinginkan,
dan lain-lain, merupakan sebagian dari hal-hal menarik sekaligus menantang
dalam suatu proyek.
Konsep dasar time management adalah
penggunaan waktu secara efisien dalam merealisasikan pengerjaan suatu tugas.
Para ahli percaya bahwa beberapa hal berikut penting dipertimbangkan dalam perancangan
time management yang bagus. Pertama, memprioritaskan tugas-tugas penting, dan didasarkan
atas sumber daya yang tersedia. Kedua, mengembangkan perencanaan dan menggunaan
waktu yang tersedia dengan cara seefisien mungkin. Ketiga, terus memantau
penyimpanganpenyimpangan dan gangguan yang terjadi yang mengganggu jalannya
pekerjaan sesuai jadwal. Keempat, mengembangkan efisiensi dan mengurangi
tekanan atas jadwal yang telah dibuat termasuk tekanan kepada para individu
yang terlibat dalam proyek
Pimpinan suatu proyek idealnya harus
memprioritaskan tugas-tugas pengerjaan proyek
berdasarkan
sumber daya dan tenaga manusia yang tersedia baginya. Mengembangkan perencanaan
merupakan kunci sukses manajemen atas sumber daya yang tersedia. Sumber daya
dan time management dapat secara efisien dikelola melalui jadwal yang
diprogramkan dengan baik. Jadwal yang konstruktif akan memperlihatkan dengan
jelas kapan suatu proyek dimulai dan kapan harus selesai. Dalam kurun waktu
tersebut –antara mulai mengerjakan sampai pada penyelesaiannya– perlu disadari
akan terjadi banyak tekanan yang akan mengganggu jadwal dan juga orang-orang
yang terlibat di dalamnya. Memahami dengan baik kemampuan tim sebagai
keseluruhan akan dapat membantu dalam membuat target yang dapat dicapai secara
realistis (Kasturi & Gransberg, 2002).
Mendahulukan yang Utama
Salah satu habit dari ketujuh habit yang
dikembangkan oleh Covey (2004) sebagai kunci
keberhasilan
bagi manusia yang sangat efektif adalah tentang mendahulukan yang utama.
Mendalami lebih lanjut apa yang disampaikan oleh Scott, di sini dibeberkan
sedikit pandangan Covey tentang perbedaan antara penting dan mendesak. Kedua
hal itu (“penting” dan “mendesak”) membentuk 4 kuadran dengan ciri khas
masing-masing. Kudran I berkaian dengan hal-hal penting dan juga mendesak;
kuadran II berisi hal-hal penting tapi tidak mendesak; kuadran III berisi
hal-hal tidak penting namun mendesak; dan kuadran IV berisi hal-hal tidak
penting dan juga tidak mendesak (Covey, 2004). Ini sebuah konsep pengelolaan
waktu manajemen generasi keempat, yang pada dasarnya fokus menggunakan waktu
pada salah satu dari empat kondisi itu.
Hal-hal mendesak adalah hal-hal yang
memerlukan perhatian segera, sekarang juga. Hal-hal mendesak ini bertindak
terhadap seorang, yang membuatnya tergoda untuk tidak bisa melepaskannya, sehingga
cenderung menggunakan banyak waktu untuk memenuhinya. Hal yang mendesak
biasanya tampak jelas, ia mendesak dan menuntut tindakan; hal itu terjadi di
“depan hidung”. Biasanya hal-hal mendesak ini bersifat menarik, mudah,
menyenangkan untuk dikerjakan, hasilnya segera kelihatan. Akan tetapi,
masalah-masalah mendesak ini bisa jadi sebenarnya tidaklah penting.
Sebaliknya, hal-hal penting, yang tampak
masih jauh di depan mata, ada hubungan dengan hasil yang ditetapkan terkait
dengan tujuan yang ingin dicapai, bahkan dengan nilai-nilai pribadi. Ia fokus
pada pemeliharaan dan peningkatan hubungan pada pencapaian hasil, memelihara keseimbangan
antara produk dan kemampuan produksi (P/KP). Ia tidak hanya senang dan puas
dengan hasil (produk) tetapi juga lebih penting lagi adalah bagaimana agar
kemampuan untuk memproduksi menjadi fokus perhatian utama. Hal-hal itu
tergolong penting karena dia menunjang misi, nilai-nilai pribadi, sasaran
prioritas penting diri. Untuk itu, hal utama yang mesti dimiliki adalah tujuan
yang ingin dicapai, visi, misi, nilai-nilai pribadi. Hal-hal yang berkaitan
dengan pencapaian atau perwujudan akan hal-hal itu dikategorikan sebagai
penting. Seorang harus bertindak untuk menangkap peluang, untuk membuat
segalanya terjadi. Jika ia tidak mempunyai gagasan yang jelas tentang apa yang
penting, tentang hasil yang diinginkan dalam hidup, ia akan dengan mudah
dialihkan untuk merespons hal-hal mendesak yang sudah ada di depan mata. Dengan
cara seperti ini, hal-hal yang sesungguhnya penting menjadi terabaikan
Kuadran
I mendesak sekaligus penting. Ini adalah aktivitas ”krisis” atau “masalah”. Ini
adalah fokus pada masalah, mereka yang berada di sini adalah manager krisis,
orang yang pikirannya berfokus pada masalah, produsen yang digerakkan oleh
batas waktu. Kalau seorang fokus pada kuadran I, kuadran ini akan menjadi makin
besar sehingga mendominasi diri. Ini seperti ombak yang terus menerpa. Sebuah
masalah besar datang menerpa dan menyeret seorang, dan sementara ia berusaha
untuk bangkit kembali, masalah besar lain sudah datang, sehingga ia terhempas
dan sulit bangun lagi. Kelegaan yang sering didapatkan adalah dengan melarikan
diri pada aktivitas-aktivitas yang tidak penting dan juga tidak mendesak di
kuadran IV. Jadi ketika seorang fokus pada kuadran I, maka 90% dari waktu akan
tersita di situ, sementara 10% lagi terbagi antara kuadran IV dan III. Ini satu
pengaturan waktu yang sangat memberatkan diri sendiri karena hidup berdasarkan
krisis
Orang
dengan manajemen pribadi yang efektif lebih fokus pada kudran II. Kuadran ini
berhubungan
dengan hal-hal yang tidak mendesak, namun penting. Ia berfokus pada hal-hal
seperti membina hubungan, menulis pernyataan misi pribadi, perencanaan jangka
panjang, latihan, pemeliharaan, pencegahan, persiapan, dsb. Peter Drucker
mengemukakan bahwa orang yang efektif bukanlah orang yang pikirannya tertuju
pada masalah; mereka adalah orang yang pikirannya tertuju pada peluang. Mereka
memberi makan peluang dan melaparkan masalah. Mereka berpikir secara preventif
(Covey, 2004). Orang-orang yang efektif juga mempunyai krisis dan keadaan
darurat Kuadran I yang memerlukan perhatian langsung mereka, tetapi jumlahnya
terhitung kecil. Artinya, hal-hal penting dan belum mendesak itu (Kuadran II)
sudah mereka tangani sebelum berpindah ke Kuadran I. Hal penting yang mereka
selalu perhatikan adalah adanya keseimbangan antara produk dan kemampuan
produksi, dengan tetap fokus pada aktivitas penting, dengan menjalankan
aktivitas pembangun kapasias pada Kuadran II. Adalah sebuah pengelolaan waktu yang
tergolong bagus ketika kita mengalokasikan waktu kita sebanyak 60% untuk
Kuadran II, 20% untuk Kuadran I, sisanya 15 % untuk Kuadran III dan 5% untuk
Kuadrant IV. Ada juga yang berhasil menjalankan penggunaan waktu mereka 75%
untuk Kuadran II dan 15% untuk Kuadran I, sisanya untuk Kuadran III dan IV. Ini
menuntut disiplin diri tinggi, dengan hasil yang tentu jauh lebih baik
Dengan
cara penggunaan waktu seperti ini, maka efektivitas jadi meningkat secara
drastis
karena di sini
krisis dan masalah bisa menyusut. Hal ini terjadi karena berpikir ke depan,
menangani akarnya, menangani halnya sebelum menjadi krisis, mengerjakan hal-hal
preventif. Dengan cara seperti ini, maka situasinya tidak berkembang menjadi
krisis. Dalam jargon manajemen waktu, hal ini disebut Prinsip Pareto – 80
persen hasil diperoleh dari 20 persen aktivitas.
Memproteksi
Waktu yang Sudah Ditetapkan
Alan
(dalam Adebisi, 2013) mencatat, kunci sukses time management adalah
perencanaan dan proteksi atas waktu yang sudah direncanakan, yang sering mencakup
pengondisian lingkungan, khususnya pengkondisian kembali harapan dari
pihak-pihak lain yang terlibat. Time management adalah tentang membuat
perubahan terkait dengan penggunaan waktu. Untuk memastikan keefektifan time
management, seorang harus menerapkan time management system yang
akan membantu untuk melihat bahwa perubahan perlu dilakukan, dalam arti bahwa
tahap pertama dalam time management adalah menganalisis bagaimana ia
menentukan perubahan apa yang ingin dilakukan (Susan, 2012).
Time
management yang
efektif tidak datang begitu saja secara alami, melainkan untuk
terhindar dari bekerja
mati-matian pada saat yang sudah mepet, sebaliknya dapat kesempatan besar sukses
dalam bisnis, penerapan time management merupakan hal sangat penting
untuk dilakukan. Pengaturan waktu yang sudah dibuat, harus diperhatikan dengan
baik. Jika hal itu berkenaan dengan pengerjaan suatu proyek, setelah time
management dirancang dengan baik dan ditetapkan, harus disosialisasikan
dengan baik kepada pihak-pihak yang terlibat. Semua pihak yang terlibat,
termasuk pimpinan proyek perlu konsisten mengikuti pengaturan waktu yang telah
dibuat.
Terkait dengan
pengembangan time management, baik pada level organisasi maupun level pribadi,
hal yang sering menjadi masalah adalah ketidakkonsistenan mengikuti rancangan
penggunaan waktu yang telah dibuat. Ada kecenderungan gampang melanggar
ketetapan yang telah dibuat. Tantangan yang sering muncul adalah adanya hal-hal
yang tiba-tiba muncul dan dirasa sebagai hal penting untuk segera ditangani.
Ketika hal-hal tersebut muncul dengan jumlah yang terus bertambah, sementara
pengendalian diri yang baik terhadapnya tidak dimiliki, maka dengan mudah
perhatian, waktu, dan tenaga tersita banyak untuk itu. Dampak semuanya itu
adalah kegagalan mewujudkan misi, menelantarkan tujuan penting yang ingin
diraih. Untuk menghindari hal itu, perlu kembali pada perencanaan waktu yang
sudah dibuat dengan baik, yang sudah ditetapkan dengan memerhatikan di dalamnya
perwujudan misi pribadi, tujuan yang ingin diraih, pemenuhan harapan terkait
dengan keluarga, dan pencapaian hasil yang diinginkan oleh organisasi tempat
bekerja
Manfaat Time
Management
Time
management yang
baik sangat penting dalam menghadapi tekanan dari kehidupan
modern tanpa
harus mengalami banyak stres. Waktu yang bagus di pekerjaan berarti melakukan
pekerjaan
berkualitas tinggi, bukan terutama tinggi dalam hal kuantiti. Claessens, et al
(2007)
menemukan bahwa
menggunakan teknik time management akan berhubungan langsung dengan
kinerja dan kepuasan,
serta dapat mengurangi kegalauan dan kecemasan.
Time
management menghadirkan
skills, tools, dan kemampuan melakukan hal yang benar
pada waktu yang
benar, dengan usaha minimal dan sumber daya minimal, efektif dan efisien, yang melaluinya
seorang bisa mencapai tujuan dan nilai-nilai personal yang diprioritaskan. Time
management membuat orang
menjadi penting dan terhormat, mampu mengorganisasi hal-hal di
sekitar, serta
membuat seseorang mampu mengoptimalkan kinerja. Kebutuhan terhadap time
management sudah makin
diakui, dianggap penting bukan hanya sebagai sebuah unsur motivasi di belakang
kinerja karyawan dan produktivitas, melainkan juga sebagai dasar dari semua
kinerja
organisasi.
Dalam dunia bisnis, waktu adalah salah satu aset penting bagi apa saja dalam
organisasi. Penting untuk melatih karyawan dalam hal manajemen waktu yang
sistematis, sehingga mereka dapat mencapai hasil produktivitas dalam periode
waktu yang sudah ditentukan.
Kinerja
organisasi maksudnya adalah tempat organisasi itu dalam hubungannya dengan
pesaingnya terkait dengan market
share, profit dan capital base. Organisasi sedemikian dibangun melalui
kontribusi positif dari karyawannya bagi keberhasilan organisasi (Adebisi,
2013). Pimpinan yang mempunyai visi, determinasi dan fokus jelas akan membangun
organisasi yang memiliki kinerja sedemikian tinggi, yang akan memberi pelayanan
efektif dan produktif kepada pelanggannya di semua waktu. Organisasi seperti
itu adalah organisasi yang dipimpin oleh seorang pemimpin yang memiliki
kemampuan pengelolaan waktu yang baik, yang mampu melakukan perubahan melalui efektivitas
dan efisiensi pengelolaan waktu dan sumber daya yang tersedia. Di dalam
organisasi sedemikian terdapat pembaharuan tentang semangat belajar menerus,
mengaplikasikan strategi baru melalui penelitian dan pertumbuhan serta
perkembangan, seraya memasukkan dalam pertimbangan mengenai nilai dan esensi
dari waktu. Dia menetapkan goal yang smart, dan mengukur
keberhasilan dan kegagalan selalu dalam kaitan dengan waktu. Hal itu
menunjukkan tentang pentingnya waktu, tentang pengaruh positif dan juga
negatifnya terhadap kinerja organisasi. Waktu terikat pada setiap aktivitas
dari organisasi
Demi efektifnya time
management bagi kinerja organisasi, manajer dan karyawan dapat
memutuskan yang mana saja tugas
yang masuk dalam kategori tugas-tugas dasar/pokok, tugas penting dan
tugas-tugas bernilai rendah, dengan bertanya: tugas mana yang memiliki nilai
paling tinggi bagi organisasi; tugas mana yang dianggap penting manajer; atau,
jika tidak semua tugas dapat diselesaikan, yang mana di antaranya yang harus
diselesaikan. Ini akan memacu kemajuan
pertumbuhan dan perkembangan bagi
langkah organisasi dalam meraih sukses (Adebisi, 2013). Dalam time
management diterima bahwa pengontrolan atas waktu merupakan mediator antara
time management di satu pihak dan indikator dari kepuasan kerja, well-being,
dan kinerja di pihak lain. Hal-hal yang terkandung sebagai hal yang esensial
dalam time management dapat dimaknai sebagai kombinasi dari time
assessment, goal setting, planning, dan aktivitas monitoring
(Claessens, et al,2007). Time management merupakan prediktor dari
pengontrolan atas waktu, yang sekurangkurangnya secara parsial mengantarai
hubungan antara time management dan well-being, seperti halnya
juga kepuasaan kerja. Hubungan antara time management, pengontrolan yang
diterima atas waktu, kinerja, dan well being sudah kelihatan dalam
beberapa penelitian yang telah dilakukan (Häfner & Stock, 2010).
DAFTAR PUSTAKA
Adebisi,
J. F. (2013). Time management practices and its effect on business performance.
Canadian Social Science, 9(1). Canadian Research & Development Center of
Sciences and Cultures, Montreal, Canada
Atkinson,
F. (2009). Successful Time Management: Get More Out of Your Day. United
Kingdom: Crimson Business.
Claessens,
et al. (2007). A review of the time management literature. Personnel Review, 36(2),
255-275.
Covey,
S. R. (2004). The 7 Habits of Highly Effective People. New York: Free Press.
Fischer,
C. (2001). Read this paper later: Procrastination with time-consistent
preferences. Journal of Economic Behavior and Organization, 46(3), 249–269.
Häfner,
A. & Stock, A. (2010). Management training and perceived control of time at
work. TheJournal of Psychology, 144(5), 429–447.
Kasturi,
S. R. & Gransberg, D. D. (2002). Time management – a design-build builder's
perspective. American Association of Cost Engineers, 44(9), 16–23.
König,
et al. (2007). Time management problems and discounted utility. The Journal of
Psychology, 141(3), 321–334.
Mitch.
(2011). What is Management? http://www. managementguid/whatismanagement.com
Scott,
W. (2002). Effective Time Management. http://www. tonyrobbins.com/products/time
Singh,
D. & Jain, S. C. (2013). Working process of time management in SAP HR
module. International Journal of Management Research and Reviews, 3. Society of
Scientific Research and Education (SSRE), Meerut, India.
Susan,
W. (2012). A Time Management System that Really Works, http://www.sbinfocanada.about.com/cs/
timemanagement.
Label:
Manajemen Waktu