APAKAH KESOMBONGAN ITU?
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, arti
Kesombongan, berasal dari kata sombong (bahasa Inggris : pride, bahasa Latin :
superbia),
merupakan suatu perasaan atau emosi dalam hati yang dapat mengacu pada dua makna umum. Dalam konotasi
negatif biasanya mengacu pada perasaan meningkatnya status atau prestasi
seseorang, seringkali disebut "keangkuhan". Sementara dalam konotasi
positif mengacu pada satu perasaan puas diri seseorang terhadap tindakan atau pilihannya
sendiri, atau terhadap pihak lain, atau juga terhadap suatu kelompok sosial; dapat dikatakan sebagai satu produk turunan dari pujian, refleksi diri,
atau rasa memiliki yang terpenuhi. Para filsuf
dan psikolog
sosial telah mengamati bahwa kesombongan adalah suatu emosi sekunder yang
kompleks, yang memerlukan pengembangan dari satu perasaan pribadi dan penguasaan
perbedaan konseptual yang relevan (misalnya membedakan kesombongan dari kebahagiaan dan sukacita) melalui interaksi
secara lisan
dengan orang lain. Beberapa psikolog sosial juga mengidentifikasinya terkait
dengan suatu sinyal dari status sosial yang tinggi
Kesombongan
(takabbur) atau dikenal dalam bahasa syariat dengan sebutan al-kibr yaitu
melihat diri sendiri lebih besar dari yang lain. Orang sombong itu memandang
dirinya lebih sempurna dibandingkan siapapun. Dia memandang orang lain hina,
rendah dan lain sebagainya.(dikutip oleh Syaikh Salim bin ‘Ied Al-Hilali).
Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kesombongan dalam
hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa salllam :
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”. [HR. Muslim, no. 2749, dari ‘Abdullah bin Mas’ûd]
Inilah
yang membedakan takabbur dari sifat ‘ujub (membanggakan diri, silau dengan diri
sendiri). Sifat ‘ujub, hanya membanggakan diri tanpa meremehkan orang.
Sedangkan takabbur, disamping membanggakan diri juga meremehkan orang.
SEBAB-SEBAB KESOMBONGAN
Sebab-sebab kesombongan, antara lain:
Sebab-sebab kesombongan, antara lain:
1- ‘Ujub (Membanggakan Diri)
Ketahuilah wahai hamba yang bertawadhu’ –semoga Allah lebih meninggikan derajat bagimu-, bahwa manusia tidak akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub ini muncul kesombongan. Dan ‘ujub merupakan perkara yang membinasakan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Ketahuilah wahai hamba yang bertawadhu’ –semoga Allah lebih meninggikan derajat bagimu-, bahwa manusia tidak akan takabbur kepada orang lain sampai dia terlebih dahulu merasa ‘ujub (membanggakan diri) terhadap dirinya, dan dia memandang dirinya memiliki kelebihan dari orang lain. Maka dari ‘ujub ini muncul kesombongan. Dan ‘ujub merupakan perkara yang membinasakan, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ وَهُوَيَ مُتَبَعٌ وَإِعْجَابٌ اْلمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga perkara yang membinasakan: sifat sukh (rakus dan bakhil) yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti, dan ‘ujub seseorang terhadap dirinya”. [Silsilah Shahihah, no. 1802]
Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
بَيْنَمَا رَجُلٌ يَتَبَخْتَرُ يَمْشِي فِي بُرْدَيْهِ قَدْ أَعْجَبَتْهُ نَفْسُهُ فَخَسَفَ اللَّهُ بِهِ الْأَرْضَ فَهُوَ يَتَجَلْجَلُ فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
“Ketika seorang laki-laki sedang bergaya dengan kesombongan berjalan dengan mengenakan dua burdahnya (jenis pakaian bergaris-garis; atau pakaian yang terbuat dari wol hitam), dia mengagumi dirinya, lalu Allah membenamkannya di dalam bumi, maka dia selalu terbenam ke bawah di dalam bumi sampai hari kiamat”. [HR. Bukhari, no. 5789; Muslim, no. 2088; dan ini lafazh Muslim]
2- Merendahkan Orang Lain.
Ketahuilah wahai hamba (Allah), bahwa orang yang tidak meremehkan manusia, tidak akan takabbur terhadap mereka. Sedangkan meremehkan seseorang yang dimuliakan Allah dengan keimanan sudah cukup untuk menjadikan sebuah dosa.
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum merendahkan kaum yang lain,
(karena) boleh jadi mereka (yang direndahkan) lebih baik dari mereka (yang
merendahkan)…” (QS. Al-Hujurat: 11) Yakni, jangan merendahkan orang atau kaum
tertentu. Meremehkan dan memandang hina orang lain termasuk kesombongan.
Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya terdapat sebutir
debu dari kesombongan.”
(HR. Muslim).
Kesombongan,
walau hanya sebesar butir debu, akan menghalangi orang untuk masuk ke dalam
surga. Rasulullah SAW bersabda, “Kesombongan itu menolak kebenaran dan meremehkan orang
lain.”
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika Anda meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan Anda akan hilang dan Anda akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
Menghina dan meremehkan orang lain adalah tindakan zalim dan dosa. Jika Anda meremehkan orang lain, maka pahala kebaikan Anda akan hilang dan Anda akan mendapatkan murka Allah SWT.
Ingatlah sabda Rasulullah SAW kepada Abu Dzar, setelah Abu Dzar mencaci orang lain dengan menyebut ibunya. Apa yang dikatakan Rasulullah kepada Abu Dzar? Beliau bersabda, “Sesungguhnya engkau seorang yang didalam dirimu masih ada sifat jahiliyah.” (HR. Bukhari)
3- Suka Menonjolkan Diri (Taraffu).
Ketahuilah wahai hamba yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa jiwa manusia itu menyukai ketinggian di atas sesamanya, dan dari sini muncul kesombongan.
Ketahuilah wahai hamba yang tunduk kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, bahwa jiwa manusia itu menyukai ketinggian di atas sesamanya, dan dari sini muncul kesombongan.
Oleh
karena itu, barangsiapa memperhatikan Al-Qur’an niscaya akan mendapati bahwa
orang-orang yang bersombong pada tiap-tiap kaum adalah para pemukanya, yaitu
orang-orang yang memegang kendali berbagai urusan. Allah Ta’ala berfirman
tentang suku Tsamud, kaum Nabi Shalih Alaihissalam yang artinya: “Pemuka-pemuka
yang menyombongkan diri di antara kaumnya berkata kepada orang-orang yang
dianggap lemah yang telah beriman di antara mereka: “Tahukah kamu bahwa Shalih
di utus (menjadi Rasul) oleh Tuhannya?”. Mereka (yang dianggap lemah-red)
menjawab: “Sesungguhnya kami beriman kepada wahyu, yang Shaleh diutus untuk
menyampaikannya”.
Orang-orang
yang menyombongkan diri berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang yang tidak
percaya kepada apa yang kamu imani itu”.
Kemudian mereka
sembelih unta betina itu, dan mereka berlaku angkuh terhadap perintah Tuhan.
dan mereka berkata: “Hai Shalih, datangkanlah apa yang kamu ancamkan itu kepada
kami, jika (betul) kamu termasuk orang-orang yang diutus (Allah)”.
[al-A’râf/7:75-77]
Dan Allah
Ta’ala memberitakan tentang kaum Nabi Syu’aib Alaihissalam :
“Pemuka-pemuka
dari kaum Syu’aib yang menyombongkan dan berkata: “Sesungguhnya kami akan
mengusir kamu hai Syu’aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota
kami, atau kamu kembali kepada agama kami”. Syu’aib berkata: “Dan apakah (kamu
akan mengusir kami), kendatipun kami tidak menyukainya?” [Al-A’raaf/7: 88]
Namun orang
yang berakal akan berlomba pada ketinggian yang tetap lagi kekal, yang di
dalamnya terdapat keridhaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kedekatan kepadaNya.
Dan dia meninggalkan ketinggian sementara yang akan binasa, yang akan diikuti
oleh kemurkaan Allah dan kemarahanNya, kerendahan hamba, kesibukannya, jauhnya
dari Allah dan terusirnya (dari rahmat) Allah. Inilah ketinggian yang tercela,
yaitu sikap melewati batas dan takabbur di muka bumi dengan tanpa kebenaran.
Allah Ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat
itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin ketinggian (menyombongkan
diri ) dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu
adalah bagi orang-orang yang bertakwa”. [Al-Qashash/28: 83]
Adapun
ketinggian yang pertama (yakni ketinggian yang tetap lagi kekal di akhirat) dan
bersemanagat untuk meraihnya, maka itu terpuji. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan untuk yang
demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”.[Al-Muthaffifin/83: 26]
Maka
disyari’atkan berlomba-lomba untuk (meraih) derajat-derajat tinggi di akhirat
yang kekal, dan berusaha meraih ketinggian pada tingkatan-tingkatannya, serta
bersemangat untuk itu dengan berusaha melakukan sebab-sebabnya. Dan hendaklah
seseorang tidak merasa puas dengan kerendahan, padahal dia mampu meraih
ketinggian.
4- Mengikuti Hawa Nafsu.
Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa kesombongan itu muncul dari sebab mengikuti hawa nafsu, karena memang hawa nafsu itu mengajak menuju ketinggian dan kemuliaan di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” [Al-Baqarah/2: 87]
Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa kesombongan itu muncul dari sebab mengikuti hawa nafsu, karena memang hawa nafsu itu mengajak menuju ketinggian dan kemuliaan di muka bumi. Allah Ta’ala berfirman:
“Apakah setiap datang kepadamu seorang Rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; Maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?” [Al-Baqarah/2: 87]
BAHAYA KESOMBONGAN
Ketahuilah wahai hamba Allah yang hatinya dihiasi dengan tawadhu’ (rendah hati) bahwa bencana kesombongan itu sangat besar, orang-orang istimewa binasa di dalamnya, dan jarang orang yang bebas darinya, baik para ulama’, ahli ibadah, atau ahli zuhud. Bagaimana bencana kesombongan itu tidak besar, sedangkan kesombongan itu:
Ketahuilah wahai hamba Allah yang hatinya dihiasi dengan tawadhu’ (rendah hati) bahwa bencana kesombongan itu sangat besar, orang-orang istimewa binasa di dalamnya, dan jarang orang yang bebas darinya, baik para ulama’, ahli ibadah, atau ahli zuhud. Bagaimana bencana kesombongan itu tidak besar, sedangkan kesombongan itu:
1- Dosa Pertama
Yang Dengannya Allah Azza Wa Jalla Dimaksiati.
Kesombongan adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis laknatullah dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa jalla. Kesombongan itu menyeret Iblis untuk menjadikan takdir sebagai alasan terus-menerus sombong. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Kesombongan adalah dosa pertama yang dilakukan Iblis laknatullah dalam bermaksiat kepada Allah Azza wa jalla. Kesombongan itu menyeret Iblis untuk menjadikan takdir sebagai alasan terus-menerus sombong. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Dan (ingatlah)
ketika Kami berfirman kepada para Malaikat: “Sujudlah kamu kepada Adam!,” Maka
sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan adalah ia termasuk
golongan orang-orang yang kafir”. [Al-Baqarah/2: 34]
2- Kesombongan
Merupakan Kawan Syirik Dan Penyebabnya.
Oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla menggabungkan antara kekafiran dengan kesombongan di dalam kitabNya yang mulia, Dia Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itulah Allah Azza wa Jalla menggabungkan antara kekafiran dengan kesombongan di dalam kitabNya yang mulia, Dia Azza wa Jalla berfirman:
“Lalu seluruh
malaikat-malaikat itu bersujud semuanya, kecuali Iblis; dia menyombongkan diri
dan adalah dia termasuk orang-orang yang kafir”. [Shaad/38: 73-74]
Allah Azza wa
Jalla juga berfirman:
” (Bukan
demikian) sebenarya telah datang keterangan-keterangan-Ku kepadamu lalu kamu
mendustakannya dan kamu menyombongkan diri dan adalah kamu termasuk orang-orang
yang kafir”. [Az-Zumar/39: 59]
Karena
barangsiapa takabbur dari patuh kepada al-haq (kebenaran) –walaupun kebenaran
itu datang kepadanya lewat tangan seorang anak kecil atau orang yang dia benci
dan musuhi- , maka sesungguhnya takabburnya itu adalah kepada Allah, karena
Allah adalah Al-Haq, perkataanNya adalah haq, agamaNya adalah haq, al-haq
merupakan sifatNya, dan al-haq adalah dariNya dan untukNya. Maka jika seorang
hamba menolak al-haq, takabbur dari menerimanya, maka sesungguhnya dia menolak
Allah dan takabbur terhadapNya. Dan barangsiapa takabbur terhadap Allah,
niscaya Allah akan menghinakannya, merendahkannya, mengecilkannya, dan
meremehkannya.
3- Orang-Orang
Yang Sombong Tempat Kembalinya Adalah Neraka.
Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana di dalam surat Al-Ghafir ayat 76 dan surat Az-Zumar ayat 72. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itulah Allah Subhanahu wa Ta’ala menjadikan neraka sebagai rumah bagi orang-orang yang sombong, sebagaimana di dalam surat Al-Ghafir ayat 76 dan surat Az-Zumar ayat 72. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Masukilah
pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang kamu kekal di dalamnya”. Maka neraka Jahannam
Itulah seburuk-buruk tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri”.
[Az-Zumar/39: 72]
Dan orang-orang
yang sombong adalah para penduduk neraka Jahannam, berdasarkan sabda Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
إِنَّ أَهْلَ النَّارِ كُلُّ جَعْظَرِيٍّ جَوَّاظٍ مُسْتَكْبِرٍ جَمَّاعٍ مَنَّاعٍ وَأَهْلُ الْجَنَّةِ الضُّعَفَاءُ الْمَغْلُوبُونَ
“Sesungguhnya
penduduk neraka adalah semua orang yang kasar lagi keras, orang yang bergaya
sombong di dalam jalannya, orang yang bersombong, orang yang banyak mengumpulkan
harta, orang yang sangat bakhil. Adapun penduduk sorga adalah orang-orang yang
lemah dan terkalahkan”. [Hadits Shahih. Riwayat Ahmad, 2/114; Al-Hakim, 2/499]
Mereka akan
merasakan berbagai macam siksaan di dalam Jahannam, akan diliputi kehinaan dari
berbagai tempat, dan akan diminumi nanah penduduk neraka. Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
“Pada hari
kiamat orang-orang yang sombong akan digiring dan dikumpulkan seperti semut
kecil, di dalam bentuk manusia, kehinaan akan meliputi mereka dari berbagai
sisi. Mereka akan digiring menuju sebuah penjara di dalam Jahannam yang namanya
Bulas. Api neraka yang sangat panas akan membakar mereka. Mereka akan diminumi
nanah penduduk neraka, yaitu thinatul khabal (lumpur kebinasaan)”. [Hadits
Hasan. Riwayat Bukhari di dalam al-Adabul Mufrad, no. 557; Tirmidzi, no. 2492;
Ahmad, 2/179; dan Nu’aim bin Hammad di dalam Zawaid Az-Zuhd, no. 151]
4- Kesombongan
Merupakan Tirai Penghalang Masuk Surga.
Oleh karena itu Allah mengusir Iblis dari surga, Dia Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itu Allah mengusir Iblis dari surga, Dia Azza wa Jalla berfirman:
“Turunlah kamu
dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya!”.
[Al-A’râf/7: 13]
Kesombongan itu
menjadi tirai penghalang masuk surga karena menghalangi seorang hamba dari
akhlaq orang-orang beriman. Orang sombong tidak menyukai untuk kaum mukminin
kebaikan yang dia sukai untuk dirinya. Dia tidak mampu bersikap rendah hati dan
meninggalkan hasad, dendam, dan marah. Dia juga tidak mampu manahan murka, dia
tidak menerima nasehat, dan tidak selamat dari sifat merendahkan dan menggibah
manusia. Tidak ada sifat yang tercela kecuali dia memilikinya.
5- Allah Tidak
Mencintai Orang-Orang Yang Sombong.
Barangsiapa yang memiliki sifat-sifatnya seperti ini, maka dia berhak mendapatkan laknat Allah, jauh dari rahmatNya, Allah memurkainya dan tidak mencintainya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Barangsiapa yang memiliki sifat-sifatnya seperti ini, maka dia berhak mendapatkan laknat Allah, jauh dari rahmatNya, Allah memurkainya dan tidak mencintainya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Maka
orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka mengingkari
(keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang yang sombong.
Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka
rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong”. [An-Nahl/16: 22-23]
6- Kesombongan
Merupakan Sebab Su-ul Khatimah (Keburukan Akhir Kehidupan).
Oleh karena itu Allah memberitakan bahwa orang yang sombong dan sewenang-wenang adalah orang-orang yang Allah menutup hati mereka, sehingga mereka tidak beriman. Sehingga akhir kehidupannya buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Oleh karena itu Allah memberitakan bahwa orang yang sombong dan sewenang-wenang adalah orang-orang yang Allah menutup hati mereka, sehingga mereka tidak beriman. Sehingga akhir kehidupannya buruk. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Demikianlah
Allah mengunci mati hati orang yang sombong dan sewenang-wenang”.
[Al-Mukmin/40: 35]
7- Kesombongan
Merupakan Sebab Berpaling Dari Ayat-Ayat Allah.
Yang demikian itu karena orang yang sombong tidak bisa melihat ayat-ayat Allah yang menjelaskan dan berbicara dengan dalil-dalil yang pasti. Juga karena kesombongan itu menutupi kedua matanya, sehingga dia tidak melihat kecuali dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
Yang demikian itu karena orang yang sombong tidak bisa melihat ayat-ayat Allah yang menjelaskan dan berbicara dengan dalil-dalil yang pasti. Juga karena kesombongan itu menutupi kedua matanya, sehingga dia tidak melihat kecuali dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:
“Aku akan
memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi”. [Al-A’raaf/7:
146]
8- Kesombongan Merupakan
Dosa Terbesar.
Kesombongan memiliki berbagai bahaya seperti ini; maka tidak heran jika ia merupakan dosa terbesar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
Kesombongan memiliki berbagai bahaya seperti ini; maka tidak heran jika ia merupakan dosa terbesar. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
لَوْ لَمْ تَكُوْنُوْا تُذْنِبُونَ لَخِفْتُ عَلَيْكُمْ مَا هُوَ أَكْبَرُ مِنْ ذَلِكَ الْعُجْبُ الْعُجْبُ
“Jika kamu
tidak berbuat dosa, sungguh aku mengkhawatirkan kamu pada perkara yang lebih
besar dari itu, yaitu ‘ujub, ‘ujub (kagum terhadap diri sendiri)” [Hadist Hasan
Lighairihi, sebagaimana di dalam Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah, no. 658,
karya syaikh Al-Albani]
[Diadaptasi dan
disadur oleh Ustadz Muslim Atsari secara bebas dari tulisan Syaikh Salim bin
‘Ied Al-Hilali At-Tawaadhu’ fii Dhauil Qur’anil Kariim was Sunnah
ash-Shahiihah, hlm. 35-44; Penerbit. Daar Ibnul Qayyim; Cet. 1; Th. 1410 H /
1990 M]
[Disalin dari
majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XII/1430H/2009. Diterbitkan Yayasan Lajnah
Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183
Telp. 0271-761016] serta dikutip lagi.
Posting Komentar